Mengenal Dayak Wehea

Mengenal Suku Dayak wehea tidak semudah yang dituliskan pada situs-situs berita terkenal. Mengenal Lebih dekat suku Dayak perlu waktu, tenaga, dan tentunya material yang tersita juga tidak sedikit dalam melakukan penelitian. Pada tulisan kali ini akan membahas suku Dayak wehea yang ada di kalimantan timur.

Ketua Adat Dayak wehea

Siapa Dayak Wehea?

Dayak Wehea adalah salah satu suku dayak yang terdapat di provinsi Kalimantan Timur. Terkadang Ada yang menyebut suku Dayak Wehea sebagai suku Dayak Wahau. istilah "wahau" terjadi karena terjadi kesalahan pengucapan oleh orang luar yang ingin menyebut wahea malah menjadi wahau. Orang Dayak Wehea sempat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak Bahau yang berada di sekitar sungai Mahakam.
Nenek moyang suku Dayak Wehea berasal dari Daratan Cina. Dalam perjalanan migrasi menuju ke Malaysia, sebagian rombongan tersebut singgah dan menetap di Apau Kayan. Kemudian mereka beranak cucu dan membentuk satu komunitas tersendiri. Bapak Ledjie Taq (Kepala Adat Desa Nehes Liah Bing).

Apa Bahasa yang digunakan Dayak wehea?

Dalam Kelompoknya Suku Dayak Wehea menggunakan bahasa Dayak Wehea dan bahasa Indonesia. Penggunaaan bahasa Daerah dalam kelompok bagi orang Dayak itu sudah sewajarnya karena setiap kelompok memiliki bahasa yang berbeda.

Dimana Persebaran Dayak Wehea?

Dayak Wehea tersebar pada 6 desa kecamatan Muara Wehea, antara lain: desa Nehas Liah Bing, Long Wehea, Diaq Leway (di bantaran sungai Wehea) serta desa Dea Beq, Diaq Lay dan Bea Nehas (di bantaran sungai Tlan).

Bagaimana Adat dan kepercayaan Dayak wehea?

Dayak wehea mempercayai Sistem kepercayaan yang pada dasarnya bertitik tolak pada 2 prinsip, yakni percaya dengan adanya Tuhan yang satu dan percaya juga kepada roh-roh leluhur atau roh nenek moyang yang telah meninggal.

Dayak wehea tidak mengenal rumah Betang atau Lamin, seperti suku dayak lainnya di Kalimantan. Rumah adat orang Dayak Wehea disebut Eweang, yang di masa lalu rumah-rumah penduduk (rumah panggung tinggi) biasanya saling terhubung dengan jembatan dan biasa disebut Teljung.

Dayak wehea memiliki tarian tradisional yaitu Tari Hudoq, Tumbambataq, Njiak Keleng, Ngewai. Sedangkan ritual yang dimiliki Dayak Wehea yaitu:
  1. Ritual Lom Plai (pesta panen padi), dengan tata urutan ritual diawali dengan Ngesea Egung (memukul gong), Lag Pesyai, Pesyai Wet Min dan Pesyai Dug Min.
  2. Ritual Embob Jengea (memasak lemang dan Beangbit atau kue khas Wehea), yang terdiri dari beberapa ritual yaitu: Ritual Seksiang (perang-perangan), Embos Min, Peknai, Nekeang, Nluei Hudoq dan Hudoq.
  3. Ritual Nemlen, yaitu sebuah ritual pendewasaan diri bagi kaum muda Wehea, sebelum mengikuti ritual tersebut warga Wehea tidak boleh menikah dan kaum perempuannya belum dibolehkan bertato.
  4. Ritual Naq Dung Tung, yaitu sebuah ritual untuk memberi makan para arwah sekaligus untuk menghantarkan para arwah menuju "alam"nya,
  5. Ritual Naq Unding
  6. Ritual Neaq Lom (pesta adat anak),
  7. Ritual Naq Ngelan (pesta memberi nama anak) dan beberapa ritual lainnya.
Dalam masyarakat suku Dayak Wehea, upacara ritual adat yang terpenting adalah perayaan upacara adat Lomplai, Upacara ini adalah sebuah ungkapan rasa syukur atas nikmat panen padi yang melimpah dan Ungkapan terimakasih kepada Putri Long Diang Yung, yang telah mengorbankan diri, saat kampung Dayak Wehea dilanda kekeringan ribuan tahun silam. Sistem penanggalan yang digunakan untuk melakukan upacara ini adalah sistem penanggalan tradisonal Dayak berdasar perhitungan pergeseran bulan.

No comments:

Post a Comment