Hilangnya Kehormatan dan Sakral Gelar Dayak.

Hilangnya kehormatan dan sakral dari suku Dayak membuat publik tidak percaya. Gelar atau Jabatan di berikan kepada seseorang oleh salah satu tokoh adat tidak boleh sembarangan kerena merupakan suatu kehormatan dan sakral. Dewasa Ini gelar dan julukan Pemberian suku Dayak kepada seseorang banyak menuai kontroversial dari beberapa kalangan masyarakat adat khususnya Suku Dayak yang tinggal dipulau Borneo (kalimantan).


Uluy Inga Dahlan Iskan
Uluy Inga Dahlan Iskan // Photo by N/A

Hilangnya kehormatan dan sakral tidak lepas dari sorotan publik, Terlebih mengenai Pemberian gelar dari tokoh adat suku Dayak untuk pendatang baru di ranah borneo sempat mencuat di publik. Gelar Nyai Intan Garinda yang artinya putri yang paling bersinar yang dianugrahkan untuk Yulia Rahmawati atau dikenal dengan Julia Perez dari damang (tokoh adat) menimbulkan Sedikit kecurigaan dan kecaman. Hal serupa mungkin menimpa Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Dikabarkan media masa Dahlan Iskan mendapatkan gelar uluy inga dari masyarakat Dayak, Kalimantan Timur. Menurut Kepala Humas BUMN Faisal Halimi, Gear Uluy Inga yang berati seorang pemimpin yang arief dan bijaksana yang selalu memimpin dengan senyum dan membuat masyarakatnya lebih baik.

Salah satu member Dayak United mengatakan “Pemberian gelar Gelar Bangsawan Dayak menjadi Komoditas Bisnis dan Pertemanan saja. Terlepas dari Sakralnya suatu Gelar kehormatan Kebangsawanan Dayak, pemberian gelar tanpa memperhatikan apa jasa, keterkaitan dengan suku membuat arti Kebangsawanan Dayak menjadi murahan”. Zaman Nenek moyang Dayak memberikan gelar kepada seseorang harus melihat terlebih dahulu jasa, kontribusi, kepentingan dan loyalitasnya bagi masyarakat Adat Dayak serta Asal Usulnya, Setelah itu baru di pertimbangkan untuk memberikan gelar adat/kehormatan. Sementara Zaman sekarang begitu mudah-nya tokoh adat memberikan gelar untuk seseorang.

Sedikit bertanya dibenak tentang kontribusi yang diberikan dahlan iskan untuk masyarakat yang tinggal di pulau borneo. Menurut informasi dari detik.com, General Manager Pertamina EP Kawasan Timur Indonesia (KTI) Satoto Agustono mengatakan "Satu Sumur Minyak Pertamina di Kalimantan Untung Rp 5 Miliar/Hari". Selain itu pertamina berhasil masuk Fortune Global 500. Dengan prestasi yang dicapai pertamina tentu membuat ekonomi indonesia jauh lebih baik. Membaiknya ekonomi indonesia tetap saja ketidak adilan Ekonomi tetap dirasakan oleh masyarakat yang tinggal didaerah diperbatasan antar Negara (malaysia- indonesia). Sangat miris nasi singkong masih menjadi potret kemiskinan yang sangat umum selain jalan rusak.

No comments:

Post a Comment